Coto Kuda Jeneponto, Kuliner Khas Bumi Turatea
Duniahobiku.com
- Coto merupakan salah satu makanan khas Sulawesi Selatan. Bagi yang pernah
berkunjung ke kota Makassar rasanya tidak lengkap jika belum mencicipi coto
Makassar. Namun mungkin masih banyak yang belum tahu, ada jenis coto lain
bernama coto kuda. Coto kuda adalah kuliner khas Jeneponto. Coto kuda Jeneponto
hampir mirip dengan coto Makassar namun daging yang digunakan bukan daging sapi
melainkan daging kuda. Coto kuda juga tidak kalah lezat dibandingkan coto
Makassar, bahkan rasanya jauh lebih unik. Untuk mengetahui lebih banyak tentang
coto kuda simak ulasan lengkapnya pada artikel dibawah.
Sejarah Coto kuda Jeneponto
Coto
kuda sudah lama menjadi kuliner kebanggaan masyarakat Jeneponto. Dulunya kota
kecil berjarak 2 jam dari kota Makassar atau sekitar 90 km ini adalah Kerajaan.
Ada 3 kerajaan yang berdiri sekitar abad
ke 16-17 masehi di Jeneponto. Ketiga kerajaan itu adalah Kerajaan Binamu,
Kerajaan ArungKeke, dan Kerajaan Bangkala. Kerajaan ini akhirnya menjadi kabupaten
Jeneponto seperti yang kita kenal sekarang. Dulunya coto kuda hanya
diperuntukkan hanya bagi golongan Karaeng atau Bangsawan. Kuliner khas coto
kuda sering dihidangkan pada saat upacara adat atau upacara pernikahan. Coto
kuda biasanya dihidangkan dengan nasi atau ketupat serta ditambahkan bawang
goreng. Namun itu dulu, saat ini kita sebagai orang awam juga bisa
menikmatinya.
Gambar Istana
kerajaan binamu
Jeneponto
bisa disebut “Texas” nya Sulawesi Selatan. Jeneponto yang mendapat julukan Bumi
Turatea, adalah wilayah paling “kering” di Sulawesi Selatan. Posisinya yang
berada disepanjang pesisir pantai membuat iklimnya cenderung panas dan kering. Panas
menyengat di siang hari dan tiupan kencang angin di malam hari, akrab di daerah
ini. Itulah salah satu alasan kabupaten Jeneponto dijadikan daerah penghasil
garam seperti Madura. Maklum, posisinya berhadapan langsung dengan Laut Flores.
Tanahnya yang berpasir, dan berkapur membuat wilayah ini bertopografi gersang.
Hanya palem-paleman yang bisa tumbuh baik di daerah ini. Kegersangan melahirkan
padang savana yang membentang luas.
Padang
savana adalah tempat dimana para kuda bisa bertumbuh kembang dengan baik. Wajar
saja, jika di daerah ini banyak kuda . Menurut informasi, kuda juga
banyak didatangkan dari Bima, Kupang dan Flores. Di pasar hewan Tolo Jeneponto,
ada sekitar 60 hingga 70 transaksi jual beli kuda. Transaksi ini bisa dua kali
lipat saat lebaran Idul Fitri menjelang. Coto kuda atau Coto Jarang, banyak
tersebar disepanjang jalan Kabupaten Jeneponto. Jarang
adalah bahasa daerah untuk kuda (Equus
ferus caballus) bagi orang Makassar. Sebagai tambahan informasi bahwa harga
kuda komsumsi di Jeneponto bisa 2x lipat dari harga sapi.
Rasa Daging Coto kuda
Mungkin
masih banyak yang merasa aneh dan sedikit “ngeh”
ingin mencicipi daging kuda. Kuda memang lebih identik dengan hewan peliharaan
dibanding hewan komsumsi. Namun dibeberapa negara daging kuda cukup banyak
diminati. Daging kuda memiliki tekstur hampir mirip dengan daging sapi namun
sedikit lebih kasar dan alot. Namun kelebihannya adalah rendah lemak, kandungan
protein tinggi serta terasa lebih manis. Sepintas tekstur daging kuda mirip
saat kita makan ati ayam. Namun dalam beberapa budaya daging kuda dianggap
tabu. Para penggemar coto kuda sejati bisa membedakan antara coto kuda atau
coto Makassar saat menyantapnya. Bukan cuma rasa daging kuda yang unik, khasiatnya
untuk vitalitas pria dan menambah stamina juga mendongkrak rasa penasaran
konsumen untuk mencicipi kuliner khas daerah penghasil garam di selatan
Makassar.
Lokasi Warung Coto Kuda
Coto
kuda juga bisa kita cicipi dikota Makassar namun jumlah warung yang menyediakan
sangat terbatas. Jika ingin mencobanya anda bisa datang ke warung coto kuda
yang terdapat di Jl. Abdullah Daeng Sirua no 2 atau ke Jl. Andi Tonro 2 no
49. Berbeda dengan saat berkunjung ke Jeneponto,
Bulukumba atau Bantaeng. Kita akan dengan mudah menemukan beberapa warung coto
kuda di sepanjang jalan.
Salah
satu warung coto kuda yang cukup terkenal adalah Coto Turatea Belokallaong.
Warung milik Haji Sukri Dg Rumpa ini terletak di depan kantor Bupati Jeneponto.
Tepatnya di jalan Lanto Daeng Pasewang Kecamatan Binamu. Harga satu porsi coto
kuda dijual dengan harga Rp.25 ribu.
Bagi
teman-teman yang ingin mencicipi coto kuda bisa mampir di warung ini sekaligus
mengenal daerah Jeneponto. Selain coto kuda masih ada beberapa kuliner khas Jeneponto
yang berbahan dasar daging kuda seperti kuliner “Gantala Jarang” yang
pemasakannya memerlukan waktu sehari semalam, dan konro kuda. Kuliner ini
banyak disajikan di acara pesta pernikahan. Selain coto kuda masih ada beberapa
kuliner khas Jeneponto yang berbahan dasar daging kuda seperti Gantala dan
konro kuda yang tentunya memiliki cita rasa yang tak kalah lezatnya dari Coto
Kuda Jeneponto. Selamat Mencoba!