8 Cara Memandikan Benda Pusaka/Keris Pusaka Di Bulan Suro
Duniahobiku.com
- Jamasan atau memandikan benda pusaka merupakan suatu tradisi yang diwariskan
secara turun temurun. Tradisi leluhur ini masih bisa kita temukan hingga kini.
Jamasan pusaka ini bisa kita saksikan di Pura Mangkunegaran, Surakarta maupun
di Keraton Yogyakarta. Tapi tidak sembarang orang bisa melakukannya. Hanya ahli
pusaka yang mengetahui ritual cara
memandikan benda pusaka yang benar.
Benda
pusaka adalah benda yang dianggap sakti atau keramat. Benda pusaka ini biasanya
didapatkan secara turun temurun ataupun hasil pemberian orang lain. Benda
pusaka ini bisa berupa keris, tombak, tongkat, senjata tradisional, dll. Benda
pusaka ini tentunya harus mendapat perawatan secara berkala selain agar awet
juga menjaga benda pusaka ini tetap bertuah.
Ritual
memandikan atau jamasan pusaka biasanya dilakukan setiap malam 1 Suro atau
bulan Suro. 1 Suro merupakan awal bulan pertama tahun baru Jawa menurut
kalender Jawa. Kalender Jawa mulai diterbitkan oleh raja Mataram Sultan Agung
Hanyokrokusumo pada tahun 1940. Kata Suro berasal dari “asyura” dalam bahasa Arab.
Bulan Suro dianggap bulan suci menurut
kepercayaan masyarakat Jawa. Saat jamasan pusaka masyarakat akan berkumpul
untuk menyaksikan ritual memandikan benda pusaka. Bahkan air kembang bekas
jamasan pusaka akan menjadi rebutan ratusan warga untuk mencuci muka atau menyiram
sawah dan kebun. Mereka percaya bahwa air bekas memandikan benda pusaka
memiliki tuah untuk mengubah nasib dan membawa berkah.
Cara Memandikan Benda Pusaka
Tidak
semua orang bisa memandikan benda pusaka. Ada doa dan ritual yang perlu dilalui
saat melakukan jamasan/memandikan benda pusaka. Berikut cara memandikan benda
pusaka :
Tahap
Persiapan
Menjelang
ritual dilakukan biasanya pemilik pusaka akan terlebih dahulu mempersiapkan
kebutuhan yang diperlukan dalam tradisi tersebut. Beberapa alat dan bahan yang
dibutuhkan antara lain:
1. Baskom, Air, dan Tikar
Tikar
digunakan sebagai alas ritual sementara baskom dan air dipergunakan sebagai
media untuk memandikan atau mencuci pusaka. Tidak seperti mencuci benda lain
seperti motor ataupun tikar air yang dibutuhkan dalam pemandian benda pusaka
tidak terlalu banyak namun tetap cukup dengan artian air tersebut cukup untuk
menjamas pusaka yang dimaksud.
2. Kembang Setaman dan Kemenyan
Kembang
setaman yang terdiri dari lima macam yakni kembang kanthil, kembang melati,
mawar merah dan putih, serta bunga kenanga. Fungsi utama dari bunga ini
nantinya dicampurkan ke dalam air dalam baskom yang akan digunakan untuk
membasuh pusaka. Selain itu kemenyan atau dupa dipergunakan saat ritual jamasan
pusaka akan dilakukan.
3. Belimbing Wuluh dan Jeruk Nipis
Belimbing
wuluh yang memiliki nama ilmiah averrhoa
bilimbi bertujuan sebagai penghilang karat yang terdapat pada benda pusaka.
Selain dilakukan menggunakan belimbing wuluh menghilangkan karat juga dapat
dilakukan menggunakan jeruk nipis.
Secara
logika benda pusaka memang telah diciptakan puluhan bahkan ratusan tahun yang
silam, seiring bertambahnya usia benda yang terbuat dari bahan besi, tembaga,
atau dan baja tersebut akan mudah terkena karat. Dengan menggunakan 2 bahan di
atas karat yang menempel pada pusaka akan hilang dan kembali bersih seperti
sedia kala.
4.Minyak Wangi/Minyak Pusaka
Bagi
Anda yang akrab dengan dunia klenik tentu sudah tidak asing lagi dengan minyak
wangi dan kemenyan sebagai bahan ritual. Minyak wangi atau parfum yang biasa
digunakan dalam jamasan benda pusaka di malam 1 Suro antara lain minyak melati,
minyak cendana, minyak mistik, dan lain sebagainya. Minyak wangi sebenarnya
digunakan manakala pusaka telah selesai dijamas. Minyak ini nantinya akan
dioleskan menyeluruh pada bagian pusaka agar harum dan terkesan istimewa.
5. Kain Kafan
Terdengar
seram pastinya jika kita mendengar kain kafan, pasalnya kain ini biasa
dipergunakan untuk membungkus jenazah saat akan dikebumikan. Namun demikian
bagi pemilik benda pusaka kain kafan juga digunakan sebagai pembungkus dari
benda pusaka tersebut agar terhindar dari debu dan kelembaban secara langsung.
Kain kafan ini nantinya akan digunakan untuk membungkus benda pusaka sebelum
disimpan kembali.
6. Langkah Jamasan Benda Pusaka
Jamasan
atau memandikan benda pusaka biasanya dilakukan dengan beberapa tahapan.
Berikut tahapan dalam ritual memandikan pusaka di malam 1 Suro:
7. Ritual pembuka
Pastikan
pakaian dan tempat yang digunakan untuk ritual jamasan bersih dan suci dari
najis. Lakukan proses dengan ikhlas dan sebisa mungkin menghindari segala macam
gangguan. Ritual pembuka bisa dilakukan dengan menggelar tikar dan
mempersiapkan nampan berisi air lalu campurkan bunga yang telah dipersiapkan ke
dalamnya. Persiapkan kain mori di sebelah baskom kemudian nyalakan kemenyan
atau dupa.
8. Pengambilan Benda Pusaka dan Jamasan
Pengambilan
benda pusaka dari tempat persinggahan biasa dilakukan dengan cara terlebih
dahulu memberikan penghormatan baik itu dengan cara sembah sungkem atau sebatas
ucapan saja. Pegang pusaka tersebut menggunakan kedua tangan secara santun
kemudian letakkan pada kain kafan yang sebelumnya telah dipersiapkan di sebelah
baskom berisi air dan bunga.
Jika
pusaka tersebut sebelumnya terbalut kain kafan terlebih dahulu lepas ikatan
tersebut kemudian mulai proses pemandian pusaka di malam 1 Suro dengan
membersihkannya dari debu yang menempel. Setelah debu dan kotoran hilang
langkah berikutnya bersihkan benda tersebut dari karat yang menempel
menggunakan belimbing wuluh atau jeruk nipis yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Lakukan pembersihan karat di seluruh badan pusaka terlebih jika
benda tersebut memiliki permukaan yang tidak rata, bersihkan setiap sela secara
seksama dan hati-hati. Seusai benda pusaka bersih dari karat langkah berikutnya
membasuh dengan air yang telah dipersiapkan secara hati-hati dan penuh khidmat.
Setelah
usai membasuh dengan air bunga selanjutnya keringkan pusaka menggunakan kain
kafan yang telah dipersiapkan dilanjutkan dengan pemberian minyak wangi di
seluruh badan pusaka. Jika dirasa pemberian pewangi telah cukup selanjutnya
masukan pusaka pada warangkanya (untuk jenis keris) dan bungkus atau balut
menggunakan kain kafan yang baru.
Semoga
informasi cara memandikan benda pusaka akan menambah wawasan kita tentang
kearifan budaya lokal yang mesti dipertahankan agar tidak punah ditelan zaman.