Hama Tanaman Aglaonema
Aglaonema
dalam beberapa tahun terakhir begitu memukau kalangan penggemar tanaman hias,
bentuk daun yang berwarna-warni serta bentuknya yang kompak sangat menggoda
untuk segera memboyongnya kerumah menjadi koleksi. Beberapa tanaman Aglaonema
bahkan memiliki nilai yang fantastis, terkadang diluar nalar. Aglaonema dengan
nama Harlequinn hasil silangan Gregori Hambali bahkan terjual saat lelang
dengan nilai 660 juta rupiah. Harga tanaman yang bernilai lumayan tinggi tidak
menyurutkan penggemarnya untuk memiliki
Aglaonema. Namun terkadang tanaman yang semula tampil prima akhirnya rusak oleh
pihak ketiga yang bernama “hama”. Rusaknya performa tanaman kita pastinya akan
membuat kita terkadang marah dan jengkel namun tidak tahu berbuat apa untuk
mengatasinya. Apa saja hama yang menyerang tanaman Aglaonema? Bagaimana cara
menanggulanginya? Silahkan lanjutkan membaca artikel dibawah ini untuk
menemukan jawabannya. semoga bermanfaat !!!
Hama seperti dilansir pada wikipedia adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari hari manusia.Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme dalam prakteknya istilah ini paling sering dipakai kepada hewan. Suatu hewan dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia. Contohnya tikus dan lalat yang membawa berbagai penyakit seperti pes dan malaria. Dalam pertanian hama adalah organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan secara fisik yang dapat menyebabkan kerugian.
Salah
satu cara terbaik untuk menghindari tanaman terkena hama tentunya dengan
membangun suatu greenhouse agar kita
dapat mengontrol lingkungan tempat tanaman akan tumbuh dan berkembang sehingga
dapat melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit. Mencegah lebih baik
daripada mengobati namun kendala biaya dan faktor-faktor lain terkadang menjadi
hambatan dalam membangun suatu greenhouse.
Namun, apabila pencegahan gagal dilakukan dan hama yang tidak diundang tetap
datang, maka diperlukan tindakan proaktif untuk mengendalikan laju perkembangan
hama agar kerusakan yang ditimbulkan dapat diminimalisir bahkan dihilangkan.
Gejala serangan hama harus dapat kita bedakan dengan akibat perubahan
lingkungan, kelebihan pestisida, atau kekurangan unsur hara karena gejala yang
ditimbulkan mirip dengan serangan hama.
Jenis-jenis
hama yang sering menyerang tanaman Aglaonema, antara lain:
1.
Kutu
putih / Kutu Kebul (Mealy bug)
Hama
jenis ini paling sering ditemukan menyerang tanaman Aglaonema, hama ini mudah
dikenali berbentuk seperti kutu berwarna putih dengan serbuk tepung ditubuhnya.
Tubuh dilapisi lapisan lilin yang nampak seperti kapas. Hama ini sering ditemukan
dibatang dan daun bagian bawah secara bergerombol. Hama ini biasanya muncul dan
berkembang pesat pada saat kondisi lingkungan dan tanaman lembap di pergantian
musim. Kutu putih lebih sering ditemukan pada dataran rendah, intensitas
serangan kutu putih di dataran sedang lebih sedikit.
Kutu
putih yang bersarang dibatang atau daun akan mengisap cairan tanaman sehingga
daun akan menjadi kisut. Sehingga lambat laut pertumbuhan tanaman akan
terganggu. Selain itu kutu putih akan mengeluarkan cairan seperti madu yang
mengundang kehadiran embun jelaga. Embun jelaga akan menimbulkan bercak hitam di daun yang akan
mengurangi kecantikan daun Aglaonema serta menghalangi proses fotosintesis
tanaman.
Image Kutu Putih
Sumber www.Google.com
Cara
mengatasi serangan kutu putih :
· Mekanis :
Secara rutin mengecek kondisi tanaman jika ditemukan serangan hama kutu
putih masih sedikit kita bisa menyemprotkan air kebatang tanaman atau daun yang
terserang atau melapnya dengan spons basah yang memiliki tekstur permukaan
halus.
· Kimiawi
:
kita juga dapat menggunakan kapas (cotton bud) untuk menjangkau sela-sela daun
dengan terlebih dahulu mencelupkan ujung kapas dengan insektisida sesuai dosis
lalu mengoleskan kedaun yang terkena hama. Bersihkan hama secara perlahan agar
daun tanaman tidak sobek atau rusak. Setelah dibersihkan dengan kapas, semprot
kembali dengan insektisida sesuai dosis kebagian tanaman yang terkena hama.
Insektisida yang digunakan dapat berupa inektisida kontak atau sistematik
seperti Mitac 200 EC dosis 1-2 ml / liter, Decis 1 cc / liter, Confidor 200 SL
dosis 1 ml / liter. Confidor 200 SL bersifat sistematik sehingga meskipun sudah
selang 2 minggu setelah disemprot efektivitasnya masih ada.
· Alternatif : Kita dapat menggunakan sabun cuci piring dengan cara
mencampurkan sabun cuci piring kedalam air sampai berbusa lalu sikat tanaman
yang terkena hama dengan menggunakan kuas atau sikat gigi lakukan secara
hati-hati agar tidak merusak tanaman. Tunggu kurang lebih 5-10 menit pastikan
semua kutu telah hilang pada tanaman, Bilas dan siram tanaman dengan air hingga
larutan deterjen tidak tersisa. Catatan : kandungan kimia pada sabun cuci
piring dapat membunuh kutu tetapi juga dapat membunuh tanaman pastikan anda
membilas tanaman hingga sisa sabun tidak tersisa pada tanaman.
2.
Ulat
Ulat
merupakan tahapan larva dari ordo serangga yang pada umumnya berasal dari
kupu-kupu dan ngengat. Sebagian besar spesies ulat termasuk herbivora tetapi
tidak semuanya. Beberapa persen
(sekitar 1%) adalah insektivora, bahkan beberapa spesies merupakan
kanibal. Ulat termasuk hewan yang rakus dan sejak dahulu menjadi hama pertanian
yang menimbulkan kerugian dalam bidang pertanian yang nilainya sangat besar.
Menurut data di Amerika Serikat setiap tahunnya mengalami kerugian sebesar 6
Milliar dollar akibat serangan hama ulat, di Afrika ulat tentara membuat petani
jagung dinegara tersebut mengalami kerugian sebesar 1-3 miliar dollar,
sedangkan pada pertanian jagung di Nusa Tenggara Timur kerugian ditaksir
sekitar 120 milliar akibat serangan ulat grayak pada perkebunan jagung.
Walaupun demikian tidak selamanya ulat membawa kerugian ada beberapa yang
memberi manfaat kepada manusia antara lain ulat sutera dimana kepompongnya
dapat dipintal menjadi benang sutera, ulat hongkong dan ulat kandang yang
dipergunakan sebagai pakan burung dan ikan hias tertentu.
Image Ulat
Sumber www.Google.com
Ulat
pada tanaman Aglaonema biasanya menyerang daun tanaman muda dan daun setengah
tua, daun tua jarang dimakan ulat. Daun
yang dimakan ulat biasanya rusak mulai dari pinggir daun jika tidak
diantisipasi dan ditangani maka daun tanaman akan rusak dan merusak tampilan
tanaman kita bahkan serangan ulat dengan intensitas tinggi dapat mematikan
tanaman. Ulat yang menyerang tanaman daun adalah Spodotera. Selain pada daun ada ulat yang menyerang batang yaitu Noctuidae. Noctuidae umumnya dikenal sebagai
ulat burung hantu atau ulat grayak.
Cara
mengatasi serangat ulat :
· Mekanis : Apabila serangan ulat masih
dengan intensitas rendah/sedikit kita dapat mengambil ulat lalu mematikannya.
· Kimiawi : Semprotkan insektisida Decis
25 EC 0,5-1 m / liter dicampur dengan insektisida Atabron 1 ml / liter. Jika
serangan tidak terlalu parah kita bisa hanya memakai satu jenis insektisida
tanpa perlu dicampur. Kita juga dapat memakai insektisida Buldok 25 EC dengan
dosis 0,5-2 ml / liter air bersih. Frekuensi penyemprotan dapat dilakukan 2
minggu sekali apabila kita menggunakan insektisida sistematik.
3.
Belalang
Belalang
merupakan serangga herbivora atau pemakan tumbuhan dari subordo Caelifera dalam
ordo Orphoptera. Serangga yang memiliki antena dan umumnya bersayap walaupun
sayapnya kadang tidak dipergunakan untuk terbang. Belalang pada umumnya
menyukai kawasan alam terbuka dengan banyak rumput serta tanaman rendah
lainnya. Populasi belalang yang berlebihan dapat merugikan para petani bahkan
dalam intensitas besar dapat menggagalkan hasil pertanian dalam semalam.
Image Belalang
Sumber www.Google.com
Hama
belalang memiliki mulut yang dapat menggigit dan mengunyah tanaman Aglaonema
yang kita sayangi sehingga daun akan menjadi rombeng bahkan habis dimakan jika
tidak cepat ditangani. Belalang betina akan bertelur ditanah berpasir, setelah
beberapa waktu kemudian telur akan menetas menjadi belalang muda, populasi
belalang muda ini dapat merambat kesekitar daun mencari makan sehingga daun
tanaman Aglaonema akan menjadi sasaran. Pada saat masih muda kita dapat dengan
mudah menangkapnya karena belum mempunyai sayap dan membasminya sehingga tidak
merusak tanaman kita. Setelah dua puluh lima hari jika tidak dibasmi sayap
belalang muda akan tumbuh sehingga dapat dengan mudah berpindah dari satu
tanaman kita menuju ke tanaman lain.
Cara
mengatasi serangan Belalang :
· Mekanis : Kita dapat menangkap belalang
saat masih kecil sebelum mempunyai sayap. Jika belalang telah dewasa sebaiknya
kita menangkapnya pada pagi hari saat embun masih turun. belalang yang sayapnya
basah tidak bisa terbang.
· Kimiawi : Semprotkan Confidor 200 SL
dosisnya 1 ml / liter air. Pada serangan dengan intensitas tinggi kita dapat
mencampurnya dengan decis 2,5 EC pada konsentrasi 0,75 ml / liter frekuaensi
penyemprotan dapat dilakukan sebanyak 2 minggu sekali.
4.
Siput
tanpa cangkang
Siput merupakan nama yang diberikan untuk anggota kelas moluska gastropoda. Dalam arti sempit istilah ini diberikan untuk hewan yang memiliki cangkang tetapi dalam arti yang luas “Gastropoda” mencakup siput tanpa cangkang. (dalam bahasa Jawa dikenal sebagai resrespo). Kelas gastropoda menempati urutan kedua terbanyak dari segi jumlah spesies anggotanya setelah insect (serangga). Habitat, bentuk, tingkah laku, dan anatomi siput pun sangat bevariasi diantara anggota-anggotanya.
Gejala
serangan siput tanpa cangkang mirip dengan ulat atau belalang. Daun menjadi
rombeng. Namun perbedaannya terletak pada bagian daun yang dimakan. Kerombengan
daun yang dimakan siput tanpa cangkang ada diwilayah yang sempit, mengingat
siput tidak bisa bergerak cepat. Serpihan daun kadang berceceran di media
tanam. Siput bertelur didalam tanah dan akan muncul pada saat musim hujan.
Image Siput
Tanpa Cangkang Sumber www.Google.com
Cara mengatasi serangan siput tanpa cangkang :
- Mekanis : Siput tanpa keong termasuk hewan nocturnal (aktif di malam hari) kita dapat memeriksa / monitoring pada malam hari jika menemukan siput tanpa cangkang segera ambil dan musnahkan.
- Kimiawi : Semprotkan tanaman dengan insektisida Mesurol 50 WP dengan dosis 1-2 gram / liter. Di Indonesia Insektisida ini terdaftar sebagai pengendali hama thrips, tetapi di Eropa biasa digunakan untuk mengendalikan hama siput. Frekuansi penyemprotan dapat dilakukan 2 minggu sekali.
- Alternatif lain Kita dapat menaburkan Siputox (nama merk bahan kimia). Dengan cara menaburkan Siputox disekitar tanaman, sekitar 1 gram. Siputox akan dimakan oleh siput dan menjadi racun bagi siput. Pemakaian sebaiknya dilakukan sore hari setelah penyiraman.
- Cara lain yang dapat dijadikan alternatif yaitu dengan menggunakan kulit pisang atau kulit buah lainnya, cukup dengan cara menaruhnya disekitar tanaman pada waktu malam hari siput akan akan menempel pada kulit buah. Pagi hari kita dapat membuang kulit buah yang dihinggapi siput tersebut. Lakukan secara berkala sampai siput tidak terlhat lagi di kulit buah.
5.
Root
mealy bugs
Kutu
putih Pseudococcus sp merupakan hama yang bentuknya mirip kutu putih pada daun
atau batang Aglaonema namun hama jenis ini menyerang pada akar. Pseudococcus
terdiri dari lebih 150 spesies. Jika kita membongkar media tanam dan terlihat
bintik-bintik putih menempel pada akar itulah yang dinamakan kutu putih akar.
Kutu putih akar memiliki serbuk putih menyerupai lilin yang membungkus seluruh
bagian tubuhnya. Serbuk lilin tersebut melindunginya dari serangan predator,
bahkan membuat pestisida kurang efektif jika tidak disertai surfaktan yang
kuat. Berbagai jenis tanaman bisa terserang oleh kutu putih terutama tanaman
buah dan tanaman hias.
Gejala
serangan kutu putih akar antara lain : tanaman gagal membentuk tunas baru, daun
tua akan menguning, layu, daun rontok satu persatu. Bagian akar menjadi kempis,
tanaman akan tampak kurus, pada serangan intensitas tinggi dapat menyebabkan
tanaman mati. Siklus hidup kutu putih berlangsung sekitar 1-5 bulan. Tergantung
pada spesies, iklim, dan tempat tumbuh. Setiap tahun kutu putih mampu
menghasilkan 2-4 generasi. Imago betina dapat menghasilkan 300-500 butir dan
menetas setelah 6-20 hari kemudian.
Image Kutu Putih
Akar Sumber www.Google.com
Cara
mengatasi serangan Root mealy bugs :
- Mekanis : ganti media tanam yang telah terserang kutu putih dengan media tanam baru yang steril.
- Kimiawi : Semprot dengan insektisida sistematik Confidor 200 SL dengan dosis 0,5-0,75 ml / liter. Atau memakai Supracide 25 WP dengan dosis 1-2 gram / liter. Frekuensi penyemprotan dapat dilakukan 2 minggu sekali.
6.
Thrips
Thrips
( Thysanoptera) adalah ordo serangga yang terdiri atas 5800 spesies yang
terbagi dalam 9 famili. Hama thrips mempunyai ukuran yang sangat kecil sekitar
1 mm dengan warna hitam atau coklat pada tubuhnya sering ditemukan pada bagian
dalam daun atau pada lipatan batang tanaman dan hidup secara berkoloni. Hama
thrips mempunyai siklus hidup cukup singkat sekitar 3 minggu. Hama Thrips dapat
berkembang biak secara parthenogenesis atau menghasilkan telur tanpa melalui
proses kawin terlebih dahulu. Setiap koloni telur hama thrips dapat mencapai
80-120 butir telur.
Image Thrips
sumber www.Google.com
Gejala
yang timbul akibat serangan hama thrips, daun akan mengerut akibat cairan yang
dihisap oleh hama thrips, kemudian lambat laun daun tanaman akan menguning dan
akhirnya tanaman akan mati. Serangan hama akan meningkat pada musim hujan
karena dukungan iklim yang mendukung perkembangan thrips.
Cara
mengatasi serangan hama thrips :
· Mekanis : Kerik hama thrips dengan
menggunakan kuku atau alat lain, seperti kapas (cotton bud) lalu usapkan ke
permukaan tanaman yang terkena thrips sampai habis, lakukan perlahan agar daun
tanaman tidak rusak / sobek.
· Kimiawi : Semprot dengan Insektisida
sistematik berbahan aktif imidakloprid, profenofos misal Confidor 200 SL atau
agrimex dengan dosis 0,75-1 ml / liter.
Frekuensi penyemprotan dapat dilakukan 1 minggu sekali.
Setelah
mengenal beberapa jenis hama seperti kutu putih, ulat, belalang, siput tanpa
cangkang, root mealy bugs, thrips dan cara mengatasinya tentunya tanaman Agalonema
kita akan semakin terjaga penampilannya dan dapat berkembang sesuai harapan.
Selamat Berkebun!!!