Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ayam Pelung, Ayam Penyanyi Khas Cianjur

 


          Ayam pelung merupakan ayam lokal khas Cianjur. Postur tubuh yang besar disertai alunan suara yang merdu pada saat berkokok membuat ayam ini mempunyai banyak keistimewaan. Kokok ayam pelung enak di dengar, selain suaranya yang besar disertai alunan panjang dan berirama leher ayam pelung terkadang seperti melengkung panjang sampai kebawah pada saat berkokok. Ayam ini ibarat penyanyi dalam dunia unggas. Bagaimana asal usul ayam pelung? bagaimana prospek ayam pelung dimasa-masa mendatang? Semoga artikel ini akan membawa kita mengenal ayam pelung sebagai ayam kebanggaan negeri kita sendiri.

          Kabupaten Cianjur adalah sebuah kabupaten di provinsi Jawa Barat, Indonesia yang memiliki banyak tempat wisata menarik. Bahasa daerah yang digunakan adalah bahasa Sunda. Cianjur sangat terkenal dengan berasnya yang khas yaitu beras Pandan Wangi. Pandan wangi merupakan satu-satunya beras wangi beraroma pandan yang memiliki rasa enak (pulen) dan memiliki harga relatif lebih tinggi dari beras lainnya, selain beras Cianjur juga terkenal dengan salah satu roti khas yang telah ada sejak tahun 1920 yaitu roti manis “TKC” (Tan Keng Cu) yang masih menggunakan cara tradisional dengan menggunakan ruang bakar dari batu bata sehingga memiliki aroma khas.

Image Kabupaten Cianjur sumber : www.Google.com

          Ada satu hewan peliharaan khas asal Cianjur yang telah menyebar hampir ke seluruh Indonesia dan memiliki penggemarnya sendiri yaitu AYAM PELUNG.  Nama ayam pelung berasal dari bahasa sunda Mawelung atau Melung yang artinya melengkung, nama ini disematkan pada ayam ini karena saat berkokok ayam ini menghasilkan bunyi melengkung, disamping itu kepala ayam pelung yang memiliki leher panjang akan melengkung pada saat akan mengakhiri kokokannya.

1.      Sejarah Ayam Pelung

Menurut cerita pada tahun 1850 hiduplah seorang kiai bernama R. Djarkasih alias Mang Acih di desa Bunikasih kecamatan Warungkondang kabupaten Cianjur. Pada suatu malam yang sepi, Beliau bermimpi bertemu dengan Eyang Suryakencana (Putera sulung Wiratanudatar I, Bupati Cianjur Pertama). Dalam mimpi ini Eyang Suryakencana menyuruh Mang Acih mengambil satu pasang anak ayam yang disimpan pada suatu tempat.

Ketika sedang mencangkul di kebunnya Mang Acih menemukan sepasang anak ayam yang bentuk badannya tinggi tapi bulunya jarang (terondol). Sepasang anak ayam ini dibawa pulang lalu dipelihara baik-baik. Ternyata sepasang anak ayam yang dibawa pulang tersebut memiliki pertumbuhan yang sangat pesat dan cepat besar. Ketika ayam tersebut berumur 7 bulan, terdengarlah suara kokok ayam jagonya yang besar dan berirama indah.

Bunyi suara kokok ayam Mang Acih yang merdu dan mengalun tersebut membuat banyak orang tertarik untuk memelihara dan memilikinya. Dari sepasang anak ayam  milik R. Djarkasih berkembang menjadi ayam penyanyi khas Cianjur. Ayam ini banyak dipelihara oleh kalangan pejabat, orang terkemuka, dan para pedagang sebagai ayam hias.

Tahun 1960-1975 perkembangan ayam pelung di Cianjur mengalami masa surut karena situasi dan kondisi pada saat itu tidak memungkinkan orang beternak ayam pelung. Baru pada tahun 1976 kegiataan pemeliharaan dan usaha perkembangbiakan ayam pelung mulai dirintis kembali oleh Uwoh Abdullah, dibantu petugas dari Dinas Peternakan dan Dinas Pariwisata Kabupaten Daerah Tingkat II Cianjur. Hasilnya, jumlah penggemar dan peternak ayam pelung dari hari kehari semakin meningkat. Terlebih setelah resmi diadakan kontes ayam pelung pada tahun 1979-hingga sekarang untuk memperebutkan Trophy Muspida Kabupaten Daerah Tingkat II Cianjur.

Ketenaran ayam pelung sebagai ayam penyanyi membuat pesanan bibit ayam datang dari para penggemar ayam hias di daerah lain. Melihat perkembangan ayam pelung yang semakin meningkat maka dibentuklah Kelompok Pengembangan Ayam Pelung (Kembangapel) “ PUSAKA”. Organisasi ini diketahui oleh Uwoh Abdullah dan telah disahkan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Daerah Tingkat II Cianjur pada tanggal 1 April 1984 dengan surat keputusannya No.35/BT.500.8.84.

Baca Juga : Ayam Hitam Penolak Bala

Organisasi “PUSAKA” yang didirikan waktu itu bertujuan untuk melesatarikan dan mempertahankan kemurnian plasma nutfah ternak asli Indonesia. Salah satunya diantaranya adalah ayam pelung yang merupakan ayam penyanyi khas Cianjur. Menurut para anggota peternak ayam pelung perlu dipertahankan dan dikembangkan agar tidak punah karena keberadaan ayam pelung yang merupakan sumber genetik yang khas dan diharapkan bisa memberi dampak positif bagi peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup para peternak. Organisasi ini berpusat di Kampung Cipadang Desa Bangbayang.

2.      Ciri khas Ayam Pelung

Ayam pelung jantan dewasa memiliki bentuk badan yang besar tapi kokoh dan kompak. Bila berdiri tegak temboloknya nampak besar dan menonjol. Bila sedang berjalan tembolok terlihat seperti ikut bergoyang. Paha berdaging tebal, kaki panjang, kuat dengan cakar yang besar. Sisik kaki berbaris rapi, taji besar  dan melengkung kokoh. Warna kaki ada yang hitam, hijau, kuning, dan putih. Tapi yang paling disenangi penggemar ayam adalah yang berwarna kebiru-biruan dengan sisik kaki yang tersusun rapi.

Image Ayam Pelung sumber : www.Google.com

Kepala ayam pelung bentuknya besar sampai sedang. Mata bercahaya terang. Diatas kepala terdapat jengger yang besar, tebal, tegak, dan berwarna merah cerah. Jengger berbentuk tunggal dengan pinggiran bergerigi. Pada ayam betina jengger tidak berkembang dengan baik. Pial menggantung di dagu, bentuknya membulat sepasang, dan berwarna merah cerah, memiliki leher yang panjang dan ditumbuhi bulu lebat.

Ayam pelung tidak mempunyai pola warna bulu yang khas. Umumnya terdiri dari warna campuran, sehingga beragam pola warnanya. warna kuning campur merah, hitam dan jalak (hitam berbintik) merupakan pola warna yang paling banyak dijumpai.

Ayam jantan dewasa memiliki suara kokok yang khas, bunyinya panjang dan berirama seolah-olah suaranya menggema. Ayam muda baru mulai belajar berkokok pada usia 4 bulan dan mencapai puncaknya setelah ayam berusia satu tahun. Ayam jantan memiliki berat sekitar 3500-6100 gram dengan tinggi sekitar 40-50 cm sedangkan ayam betina memiliki berat sekitar 2500-4500 gram.

3.      Beternak Ayam Pelung

Peternak ayam pelung di Cianjur umumnya mengawinkan ayam pelungnya setelah berumur 2 tahun sedangkan untuk betina dipilih ayam yang telah berumur 9-12 bulan. Seekor pejantan dapat dijodohkan dengan 3-5 ekor betina. Bila ayam pelung jantan menonjol sebagai ayam penyanyi sebaliknya ayam pelung betina tidak lebih seperti ayam kampung biasa pada umumnya. Ayam betina menghasilkan 13-17 butir dalam satu kali periode bertelur. Diantara sekitar 15 butir telur yang dihasilkan cuma sekitar 10 butir telur yang layak dipakai untuk bibit dan ditetaskan. Bila sekitar 7 butir yang menetas biasanya terdiri dari 3 ekor anak ayam jantan dan 4 ekor anak ayam betina.

Bobot telur ayam pelung rata-rata 50,66 gram/butir, ukuran panjang 5,29 cm dan lebarnya 4,02 cm. Induk betina bertelur untuk pertama kalinya umur 6-7 bulan. Umumnya telur bibit memiliki daya tetas yang tinggi.

Kematian ayam pelung banyak terjadi pada tahap anak ayam berumur 1 hari-2 bulan, terutama pada anak ayam yang diasuh langsung oleh induknya. Kematian bisa berkisar antara 20-50 % karena tercecer dan terinjak-injak oleh induknya sendiri, atau karena kecelakaan dan terserang penyakit. Ayam muda yang telah melewati masa kritis  (diatas 2 bulan) jarang sekali menderita kematian akibat serangan penyakit selama perawatan dilakukan secara benar. Cara pemeliharaan Ayam pelung hampir sama dengan pemeliharaan ayam kampung pada umumnya.

Baca Juga : AYAM, Sang Primadonna Unggas

4.      Pangkat / Tingkatan Suara Ayam Pelung

Suara ayam pelung pada awalnya besar dan keras, selanjutnya panjang dan berirama akhirnya terdapat suara sisa yang bersih. Suara yang besar, berirama panjang dan diakhiri dengan nada-nada yang bagus merupakan syarat mutlak yang digunakan para peternak untuk menilai mutu suara dari ayam pelung. Ayam pelung yang sudah terlatih bunyi suaranya disebut jajangkar.

Pangkat  ayam pelung ditentukan oleh suaranya. Volume suara ayam pelung berupa alunan suara (irama) yang panjang ngembat (mencuri nafas) dan bersih, kemudian irama suara tengah yang lelah lenggang (mengaso/berhenti sebentar) atau yang lenggang-lenggang dan diakhiri dengan suara yang seolah-olah menarik nafas dengan langgam (gaya/kebiasaan) suara yang diberi nama kung, kwung, atau kecubung. Jadi secara keseluruhan suara ayam pelung terbagi atas 3 bagian yang saling berkesinambungan. Pangkat yang paling tinggi dalam hal suara diberi nama oleh peternak Kukulur (nada suara sedang) diikuti dengan nada suara berat/besar (kukudur) dan akhiran yang melengkung tinggi (kukulir). Iramanya mirip dengan nada tembang Cianjuran.

5.      Kontes / Lomba Ayam Pelung

Kontes dan lomba ayam pelung dilakukan dengan tujuan agar ayam pelung semakin dikenal oleh masyarakat disamping itu saling memperkuat tali persaudaraan diantara sesama penggemar ayam pelung. Ada banyak manfaat yang akan didapatkan dengan mengikuti kontes / lomba ayam pelung. Ayam pelung yang memenangkan lomba harganya akan naik berkali-kali lipat dari harga normal, kita juga dapat mengukur seberapa bagus ayam pelung yang kita miliki dengan adanya lomba/kontes ayam pelung. Informasi harga terkini serta perkembangan ayam pelung dapat kita dapatkan diantara sesama para penggemar ayam pelung ataupun dari  organisasi penggemar ayam pelung, salah satunya adalah Himpunan Peternak dan Penggemar Ayam Pelung Nusantara (HIPAPN) yang telah memiliki perwakilan di berbagai kota di Indonesia.

Image Kontes Ayam Pelung sumber : www.Google.com 

Kontes / lomba ayam pelung telah sering dilakukan diberbagai kota di Indonesia. Kontes dalam skala lokal atau nasional dapat diikuti oleh puluhan bahkan ratusan peserta yang datang dari berbagai kalangan. Ayam pelung yang akan diikutkan lomba sebaiknya dipersiapkan dan dilatih terlebih dahulu baik dari segi penampilan (postur tubuh), warna bulu yang baik (mengkilap dan sehat), kesehatan ayam yang prima, dan suara yang merdu dan panjang, dan sebagainya.

Setiap peternak memiliki teknik dan cara-cara tersendiri dalam merawat dan melatih agar ayam pelung yang dimiliki dapat memilki suara yang merdu dan tampilan prima. Ada beberapa tips yang dapat digunakan sebagai alternatif agar ayam pelung yang kita miliki mempunyai suara yang lancar dan berirama halus, yaitu dengan pemberian pakan khusus. Ramuannya adalah 1 sendok makan mentega, 1 butir telur (ambil kuning telurnya saja), 1/2 potong pisang ambon dan 1 sendok makan madu. Semua bahan ini dilumatkan dan dicampur rata, kemudian dilolohkan sampai habis ke ayam pelung kesayangan kita. Pada saat musim penghujan tiba, ramuan tersebut diberi tambahan berupa 2 butir merica yang telah dihaluskan terlebih dahulu.

Ada juga peternak/penghobi yang memberi makanan tambahan berupa nasi hangat dicampur telur ayam mentah dilakukan setiap 2 minggu sekali. Untuk menjaga/mempertahankan kondisi ayam sebaiknya memberi makanan tambahan protein hewani segar seperti : cincangan daging katak, belut, ikan segar berukuran kecil, dll.

Baca Juga : 6 Penyakit Utama Ayam

6.      Prospek Ayam pelung

Ayam ini mempunyai nilai ekonomis yang tinggi selain sebagai ayam hias, ayam pelung juga dapat dijadikan ayam pedaging mengingat postur tubuhnya yang besar disertai pertumbuhan badan yang cepat. Ayam pelung juga dapat memperbaiki genetis ayam lokal lainnya yang memiliki prospek besar namun memiliki tubuh kecil dengan cara kawin silang dengan ayam pelung. Ayam pelung yang telah memenangkan kontes atau lomba dapat berharga hingga puluhan juta rupiah. Bahkan salah satu ayam pelung yang terdapat di Kabupaten Cianjur ditawar dengan harga 70 Juta rupiah. Berikut beberapa harga ayam pelung :

1.      Telur ayam pelung siap tetas 25 – 35 ribu rupiah / butir

2.      Ayam pelung usia 1-3 bulan 75 – 250 ribu rupiah / ekor

3.      Ayam pelung usia 4 – 8 bulan 300 – 750 ribu rupiah / ekor

4.      Ayam pelung usia 9-12 bulan 800  ribu – 2,5 juta rupiah / ekor

5.      Ayam Kontes berharga Puluhan juta / tergantung negosiasi

Harga ayam diatas tidak berlaku mutlak, tetapi ditentukan oleh kualitas ayam itu sendiri dan lokasi penjual masing-masing peternak. Harga dapat berbeda-beda antara penjual yang satu dengan yang lainnya.

Setelah mengetahui berbagai keunggulan ayam pelung tentunya kita dapat berbangga hati memiliki ayam dengan ciri khas asli Indonesia, menurut kabar beberapa waktu lalu Pangeran Mahkota Naruhito, Jepang yang dikenal sebagai pemulia ayam ras membawa beberapa contoh ayam Pelung untuk dibiakkan lebih lanjut. Jangan sampai kita kecolongan dari negeri lain padahal ayam tersebut asli plasma nutfah ternak Indonesia.