Sejarah Berdirinya Yamaha dan Produk Yamaha
Yamaha merupakan salah
satu perusahaan yang sangat terkenal didunia, begitu banyak produk yang telah
dihasilkan oleh pabrikan Yamaha, tentunya ada sosok yang paling berperan dalam
berdirinya suatu merk ternama yang mendunia hingga kini. Torakusu Yamaha merupakan pionir dibalik berdirinya Yamaha Corporation,
kerja keras dan dedikasinya akhirnya dapat kita nikmati sekarang dengan
berbagai produk berkualitas yang dihasilkan oleh perusahaan hasil karya
Torakusu Yamaha.
Torakusu Yamaha lahir di provinsi Kii,
Jepang pada tanggal 20 April 1851 dan meninggal pada 8 Agustus 1916 di Tokyo,
Jepang pada usia 65 tahun (1851 -1916). Yamaha Corporation didirikan pada tanggal 12
Oktober 1887 dan berkantor pusat di Hamamatsu, Shizuoka. Memiliki karyawan
sebanyak 51.474 orang (2010) dan pendapatan U$$ 15,9 milliar (2010). Nippon Gakki Co,Ltd merupakan cikal bakal
dari semua perusahaan yang dimiliki oleh Torakusu Yamaha sebelum menjadi Yamaha
Corporation.
Kita tentu tidak menyangka kalau
seorang pendiri perusahaan Yamaha ahli dalam beladiri. Torakushu Yamaha
merupakan anak ketiga dari Klan Kishu Tokugawa (sekarang Prefektur Wakayama).
Sejak kecil Yamaha telah mempelajari seni bela diri dan sangat terampil dalam
ilmu pedang Jepang (Kendo). Pada umur 16 tahun dia meninggalkan kampung
halamannya untuk belajar langsung dibawah bimbingan master Onoho Ittoryu di
Yamato ( sekarang Prefektur Nara). Menurut kabar bahkan setelah mendirikan
perusahaan Nippon Gakki Co, Ltd dan menjadi presidennya, beliau juga memberikan
pelajaran seni bela diri kepada karyawannya. Yamaha sangat menghargai kedisiplinan,
kesopanan dan hubungan antar sesama, mungkin itu hasil beliau dalam berlatih
beladiri secara konsisten.
Ayah Torakusu Yamaha merupakan seorang
samurai klan kishu, Yamaha mendapat pelajaran astronomi dan mekanika dari
ayahnya, Ayah Yamaha juga memberikan pendidikan modern kepada Yamaha. Yamaha
mempunyai bakat dan minat terhadap mesin dan teknologi yang menjadi dasar
dikemudian hari dalam pembuatan mesin dan kendaraan. Perubahan terjadi didalam
masyarakat saat terjadi Restorasi Meiji dimana masyarakat memasuki suatu era
baru perubahan budaya dan teknologi. Jiwa muda Torakusu Yamaha ikut terpengaruh
suasana budaya baru yang terjadi.
Pada
tahun 1871, Yamaha pergi ke Nagasaki dan belajar membuat jam tangan dibawah
bimbingan seorang insinyur Inggris. Setelah belajar beberapa tahun Yamaha
menjadi ahli dalam pembuatan jam, selang beberapa waktu Yamaha mulai tertarik
pada peralatan medis. Dia pindah ke Osaka dan belajar dengan giat, tinggal
dibelakang toko peralatan medis, pada tahun 1884 dia mulai bekerja dengan
menyusuri jalan Tokaido menuju Hamamatsu untuk memperbaiki peralatan medis.
Hamamatsu merupakan kota yang jauh lebih kecil daripada kota-kota besar seperti
Tokyo atau Osaka. Yamaha berpendapat dia tidak hidup hanya mengandalkan
pekerjaan memperbaiki peralatan medis. Sebagai pekerjaan sampingan untuk
mendapatkan penghasilan tambahan Yamaha bekerja sebagai tukang reparasi jam
tangan.
Pada
suatu waktu kepala sekolah SD Jinjo mengalami suatu masalah. Alat music organ yang didatangkan dari Amerika
tiba-tiba mengalami kerusakan, Organ tersebut tidak dapat mengeluarkan suara.
Organ tersebut merupakan sumbangan seorang pegawai perusahaan perdagangan di
Hamamatsu, sumbangan tersebut diberikan untuk kegiatan menyanyi di sekolah
dasar Jinjo. Organ tersebut sangat langka dan mahal pada waktu itu, sebagai
perbandingan untuk mendapatkan 20 kg beras = 1 Yen, dan harga organ diatas dari
45 Yen. Saking berharganya organ tersebut dikunci dalam suatu ruangan kelas dan
harus dengan izin sekolah untuk melihat organ tersebut. Kepala sekolah telah
melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki alat musik tersebut namun tidak
mendapatkan hasil. Hingga akhirnya kepala sekolah mendengar tentang reputasi
Torakusu Yamaha dan memintanya memperbaiki alat musik tersebut.
Setelah
mendapat kepercayaan memperbaiki alat tersebut, Yamaha mencoba mencari tahu
kerusakan dari alat tersebut, Yamaha mengerjakan dengan sangat hati-hati
mengingat alat musik tersebut berharga mahal.
Berbekal pengetahuan dalam membuat jam, dalam waktu singkat Yamaha telah
menemukan cara memperbaiki alat tersebut. Bahkan dengan kepandaiannya Yamaha
mampu membuat cetak biru (blue print) struktur bagian dari organ tersebut dalam
kepalanya. Kepala sekolah ingin agar Yamaha memperbaiki alat musik tersebut
secepatnya. Yamaha mendapat ide dan menyampaikan gagasannya kepada pihak
sekolah, menurut Yamaha dia mampu membuat alat musik organ tersebut dengan
harga 3 Yen dan nantinya alat musik tersebut dapat ditempatkan disemua sekolah
dasar di Jepang sehingga Jepang tidak perlu mengimpor produk luar negeri yang
harganya mahal. Jiwa nasionalisme Yamaha untuk Negaranya sangat kuat sehingga
dia ingin agar negara Jepang dapat memproduksi sendiri alat musik tersebut
untuk kepentingan nasional.
Setelah
mendapat tanggapan dari pihak sekolah Yamaha meminta kenalannya, Kisaburo Kawai
seorang pengrajin perhiasan agar bergabung dengannya untuk membuat contoh alat
musik organ. Setelah mencoba berulang kali selama dua bulan akhirnya Yamaha
dapat membuat organ pertamanya. Mereka lalu membawanya ke sekolah dasar di
Hamamatsu dan perguruan tinggi di Shizouka agar dapat menilai hasil karya
mereka. Sayangnya hasil karya mereka dianggap masih belum layak untuk
dipergunakan. Merasa tidak puas dengan hasil penilaian tersebut, Yamaha dan
Kisaburo memutuskan untuk membawa hasil karya mereka ke Ongaku Torishirabejo (Institut
Musik, sekarang Universitas Seni Tokyo, Depertemen Musik) di Tokyo. Tekad dan
semangat mereka sungguh luar biasa mengingat medan yang harus mereka lalui
tidak mudah. Pada saat itu jalur Tokaido hanya dapat dilewati dengan berjalan
kaki antara Shibanshi (Tokyo) dan Kozu (Kota Odawara). Mereka harus membawa
organ tersebut yang digantung diatas bahu mereka dan melintasi pegunungan
Hakone, yang dikenal paling terjal dinegara itu. Semangat seperti ini memang
pantas menjadi teladan buat orang-orang yang ingin sukses.
Setelah
sampai di Tokyo mereka menemui kepala sekolah Ongaku Torishirabejo, Shuji
Izawa. Setelah memeriksa organ tersebut, kepala sekolah berpendapat bahwa
sebenarnya organ tersebut terlihat bagus cuma kurang layak dimainkan akibat
penyetelan alat musik tersebut kurang akurat. Kepala sekolah tersebut memberi
saran agar Yamaha tinggal dan mempelajari
tentang musik di sekolah tersebut. Yamaha tinggal selama sebulan untuk
belajar segala hal tentang musik kemudian kembali ke Hamamatsu bersama
Kisaburo. Yamaha berjuang tanpa kenal lelah dalam membangun kembali organ yang layak, dia bekerja dari jam 5
pagi sampai larut malam dan mengurangi jam tidurnya agar dapat menyelesaikan
hasil karyanya. Setelah melalui perjuangan akhirnya organ kedua tersebut
berhasil diselesaikan. Penuh rasa percaya diri dan harap-harap cemas dia
membawa organ tersebut kembali ke kepala sekolah Izawa untuk melakukan
pemeriksaan. Hasilnya kepala sekolah menganggap organ tersebut merupakan
jawaban agar negara Jepang tidak lagi mengimpor alat musik tersebut dari negara
lain. Mendengar jawaban kepala sekolah Izawa, Torakusu Yamaha dan Kisaburo
menitikkan air mata kebahagiaan, perjuangan menciptakan alat musik tersebut
akhirnya terbayar lunas.
Pada
tahun 1888, Torakusu Yamaha memulai usahanya di Sugawara-cho, Hamamatsu. Dapur
kuil dirubahnya menjadi sebuah bengkel untuk membuat organ. Dia menggantung
papan nama perusahaan dengan nama Yamaha Fukin Seizojo (pabrik organ Yamaha).
Setelah melalui perjalaan yang panjang perusahaan tersebut berkembang pesat
hingga mengekspor alat musik organ ke Asia Tenggara pada tahun 1892.
Nippon Gakki Co Ltd didirikan pada
tahun 1897 dengan modal 100.000 Yen (sekitar 13.800.000 Rupiah) Yamaha
memproduksi alat musik piano, organ dan harmonika. Alat music tersebut mendapat
respon pasar yang sangat positif sehingga menghasilkan keuntungan yang besar
buat perusahaan, Tahun 1949 perusahaan mendaftarkan sahamnya di Tokyo Stock
Exchange. Keberhasilan dalam membuat berbagai alat musik membuat Yamaha
berpikir untuk mengembangkan bisnisnya kebidang lain. Tahun 1954 awal mulai
berdirinya sekolah musik Yamaha yang terkenal hingga kini. Yamaha bahkan
mengambil alih Korg pada tahun 1989 dan Steinberg pada tahun 2004 dan semakin
memperkuat posisinya sebagai produsen alat-alat musik dunia.
Sukses dalam bidang alat musik membuat
Yamaha Corporation melebarkan sayap ke usaha lain. Permintaan pasar dunia
terhadap industri otomotif membuat Yamaha segera menyusul perusahaan otomotif
yang telah lebih dahulu berkiprah. Honda yang berdiri sejak 1948, Suzuki sejak
1952 dan Yamaha pada tahun 1955 dengan
motor pertamanya yang diberi nama YA-1, para penggemar motor Jepang
menjulukinya Aka-tombo (capung merah) karena bentuknya yang ramping
dengan sentuhan warna merah yang elegan. Harga jual YA-1 kala itu ¥ 138.000 di
tahun 1955 ( Gaji awal sarjana Jepang waktu itu sekitar ¥ 10.780 ).
Sejarah
Logo Yamaha
Tahun 1898 ( satu tahun setelah pendirian Nippon Gakki Co., Ltd.), perusahaan memutuskan menggunakan garpu tala sebagai merk perusahaan. Garpu tala merupakan suatu alat untuk menyetem alat musik. Garpu tala ditemukan oleh pemain terompet bernama John Shore (1662-1751).