10 Jenis Tanaman Penghasil Minyak Atsiri Bagian kedua
Artikel ini merupakan kelanjutan dari
10 jenis tanaman penghasil minyak atsiri bagian pertama. Bagian pertama
berisikan 10 tanaman penghasil minyak atsiri (Adas, Akar wangi, Bangle,
Cendana, Nilam, Cengkih, Gaharu, Gandapura, Jahe dan Jeringau). Artikel ini
akan membahas 10 jenis tanaman penghasil minyak atsiri yang beberapa
diantaranya baru populer untuk disuling, sehingga pembaca akan mengenal
berbagai jenis tanaman baru yang dapat menghasilkan minyak atsiri baik
menyangkut nama dagang, bentuk daun, harga minyak atsiri, manfaat dari tanaman atsiri yang dilengkapi
dengan gambar sehingga memudahkan pembaca mengenali bentuk tanaman tersebut. 10
Jenis tanaman penghasil minyak atsiri antara lain :
1.
Jeruk
purut ( Citrus hystrix )
Jeruk
yang memiliki ciri khas yaitu kulit buahnya yang tidak rata dan memiliki
tonjolan dipermukaan kulit tentunya tidak asing untuk yang punya hobi memasak.
Jeruk purut memang sering digunakan didapur sebagai bumbu penyedap masakan, bagian yang
dimanfaatkan adalah daun dan buahnya. Memiliki banyak nama di Asia, ma kruut
(Thailand), krauch soeuch (Kamboja), Khi hout (Laos), Shouk pote (Burma), Kabuyao, kulubut, kolobot (Filipina) truc
(Vietnam) dan Di Indonesia jeruk purut disebut limau kuwit (Banjar), unte mukur
(Batak), jeruk linglang (Bali).
Image Jeruk
Purut by Duniahobiku
Minyak
atsiri dari kulit buah dan daun didapatkan dari proses penyulingan selama
kurang lebih 6 jam dan akan diperoleh minyak atsiri dengan kandungan utama
adalah sitronelal (81,49%), sitronelol 8,22%, linalool 3,69% dan geraniol 0,31%.
Rendemen yang dihasilkan tergantung dari teknologi yang digunakan selama proses
penyulingan. Jika Penyuling menerapkan sistem uap tak langsung penyuling akan
memperoleh rendemen 2,77%, sistem uap langsung 2,47% dan apabila menggunakan sistem
ektraksi dengan pelarut rendemen yang dihasilkan lebih tinggi 3,5%. Nama dagang
di pasar dunia untuk jeruk purut adalah Lime
oil. Harga untuk daun jeruk purut di
tingkat petani 6000-7000 rupiah sedangkan untuk tingkat pengepul mulai
9000-16000 rupiah. Harga untuk lime oil sekitar 1,3 juta rupiah / 1000 ml. Minyak
atsiri jeruk purut dimanfaatkan dalam industri makanan dan parfum.
2. Kayuputih ( Melaleuca leucadenron )
Minyak
kayu putih tentunya sudah tidak asing bagi sebagian masyarakat, kita sering
menggunakannya apabila masuk angin atau ketika digigit serangga. Penggunaannya
terhadap balita juga sering dilakukan oleh ibu-ibu untuk menghangatkan tubuh
balita. Minyak kayu putih memang memilki fungsi yang beragam baik dalam industri
farmasi maupun digunakan sebagai aromaterapi. Minyak kayu putih berasal dari
penyulingan daun pohon kayu putih.
Tinggi
tanaman kayu putih sekitar 30-40 m, tetapi untuk tanaman kayu putih yang
dibudidayakan secara komersial pemangkasan daun kayu putih kerap dilakukan
sebagai bahan baku pembuatan minyak kayu putih sehingga tinggi tanaman tidak
lebih dari 12 m. Ada 3 jenis spesies minyak kayu putih yang dimanfaatkan
daunnya sebagai bahan baku minyak atsiri yaitu : Melaleuca leucodendron, Melaleuca cajaputi, dan Melaleuca viridiflora.
Sentra penanaman kayu putih terdapat di Maluku terutama di Ambon, Pulau Buru,
dan Pulau Seram, Palembang, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara, Bali, Nusa
Tenggara Timur dan Papua. Indonesia dan Vietnam merupakan dua negara penghasil
utama minyak kayu putih.
Image Kayu Putih
by Duniahobiku
Panen
perdana dapat dilakukan setelah tanaman berumur sekitar 4 tahun dan panen ke
dua dapat dilakukan 6 bulan setelah panen pertama. Waktu panen sangat menentukan
rendemen minyak jadi sebaiknya panen dilakukan pada pagi atau sore hari.
Produksi mencapai 300-500 kg daun perpohon. Total produksi 7,5 ton per hektar
yang menghasilkan 60-65 kg minyak kayu putih. Setelah berumur 20-25 tahun pohon
kayu putih mesti diremajakan hal ini disebabkan turunnya rendemen pada pohon
yang telah tua sehingga kurang ekonomis jika dilakukan penyulingan. Rendemen minyak
kayu putih berkisar 0,85%. Nama dagang di pasar dunia minyak kayu putih adalah Cajuput oil. Harga minyak kayu putih dipasarkan dengan harga 350-450 ribu
rupiah / 1000 ml.
3. Kayumanis (Cinnamomum casea)
Tanaman kayu manis berasal dari Srilangka khususnya jenis Cinnamomum zeylanicum dan
masuk ke Pulau Jawa pada tahun 1825. Namun Indonesia sendiri memiliki kayu
manis dengan nama cinnamomum burmanni yang terdapat di Sumatera Barat
namun kualitasnya dibawah kayu manis Srilangka.
Kayu manis secara umum sering digunakan
sebagai bumbu penyedap rasa namun secara tradisional dimanfaatkan sebagai
tanaman herbal untuk mengobati radang sendi, diabetes, asam urat, sakit kepala,
masuk angin, sakit maag, dan menjaga kesehatan jantung.
Ada
banyak nama yang disematkan pada kayu manis di Inggris disebut Cinnamomum tree
dan yin xiang (China). Nama daerah untuk kayu manis antara lain : Holim, holim
manis (Sumatera), modang siak-siak (Batak), kanigar, kayu manis (Melayu),
madang kulit manih (Minangkabau), huru mentek (Jawa), kaninggu (Sumba), onte
sasak (Bali), puu ndinga (Flores).
Ciri
morfologi tanaman kayu manis adalah ketinggiannya bisa mencapai 5-15 meter,
kulit pohon berwarna abu-abu tua dan memiliki aroma khas, kayunya berwarna
merah coklat muda, panjang daun sekitar 9-12 cm dan lebar 3,4-5,4 cm tergantung
jenisnya. Warna pucuk daun kemerahan dan akan berubah menjadi hijau tua.
Bunganya berkelamin dua atau bunga sempurna dengan warna kuning memiliki buah
berbiji satu dan berdaging dan berbentuk bulat memanjang.